Selasa, Mei 19, 2009

MSG dan Isu Kesehatan


MSG merupakan bumbu masak berbasis asam amino pertama yang di pasarkan di dunia pada tahun 1909 di Jepang. Produk MSG pertama tersebut bermerek AJI-NO-MOTO yang diproduksi oleh perusahaan Ajinomoto Jepang.

Rasa Umami temuan Prof. Ikeda ini sungguh disukai oleh masyarakat Jepang dan dunia. Karena tersusun dari glutamat, natrium dan air; para ilmuwan dan ahli kesehatan mempercayai keamanan MSG untuk digunakan dalam makanan sehari-hari. Pada tahun 1958, USFDA memberikan status GRAS (Generally Recognized As Safe) bagi MSG seperti halnya dengan status garam, cuka dan soda kue.

Perjalanan penggunaan MSG yang mulus selama 60 tahun pertama mulai mendapat tantangan ketika isu Chinese Restaurant Syndrom (CRS) mulai merebak di tahun 1968. CRS adalah gejala-gejala yang dirasakan tubuh setelah memakan makanan Cina, yaitu antara lain haus, pusing, rasa kaku, lesu, mual dan jantung berdebar-debar. Isu CRS ini bermula hanya dari sebuah surat tentang pengalaman pribadi yang diterbitkan dalam kolom pembaca di sebuah jurnal ilmiah. Meskipun isu CRS dalam surat tersebut bukanlah hasil sebuah penelitian ilmiah, namun hingga sekarang cukup banyak orang yang masih percaya bahwa MSG menyebabkan CRS. Berbagai penelitian dengan metode ilmiah yang baik telah membuktikan MSG tidak ada kaitannya dengan CRS.

MSG kemudian juga dikaitkan dengan masalah-masalah kesehatan lain, yaitu antara lain kerusakan otak dan kanker. Apakah benar MSG berkaitan dengan masalah-masalah ini?

Penelitian John W. Olney yang dilaporkan pada 1969 menyimpulkan MSG sebagai penyebab kerusakan otak pada bayi tikus. Penelitian ini dilakukan pada bayi tikus dengan menyuntikkan dan memasukkan secara paksa MSG dengan dosis sangat tinggi 0.5-4.0 g/kg berat badan atau setara degan 30-240 g pada manusia berberat badan 60 kg. Metode penelitian ini tidak relevan dengan praktek penggunaan MSG sehari-hari, yaitu dalam dosis rendah dan melalui proses pencernaan yang wajar.

Pada 1977, sebuah penelitian melaporkan glutamate yang dibakar pada suhu 500-600 oC menyebabkan terbentuknya karsinogen. Suhu memasak yang sangat tinggi ini tidak mungkin kita terapkan dalam memasak makanan sehari-hari atau dalam proses memasak di industri makanan. Sehingga kita tidak perlu khawatir MSG yang kita masak pada suhu yang wajar akan memicu kanker.

Dalam kurun waktu 40 tahun terakhir, akibat berbagai tuduhan negatif terhadap MSG, ratusan penelitian diberbagai penjuru dunia telah membuktikan keamanan MSG dari berbagai aspek kesehatan. Bukti-bukti yang kuat ini menyebabkan lembaga internasional yang menilai keamanan makanan yaitu JECFA (Join Expert Committee on Food Additives) pada 1987 memberikan status ADI (Acceptable Daily Intake) not specified bagi MSG. Ini artinya penggunaan MSG tidak memiliki batasan maksimum karena ia aman digunakan sehari-hari untuk menyedapkan makanan.

Sumber : Republik Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar